Berita  

Gajah Sumatera di Bentang Sebelat Terdesak Perambah, Populasi Tersisa 25 Ekor

Bengkulu — Populasi gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di kawasan Bentang Alam Sebelat, Provinsi Bengkulu, kini semakin mengkhawatirkan. Wakil Menteri Kehutanan, Rohmat Marzuki, mengungkapkan bahwa jumlah gajah yang tersisa di wilayah tersebut hanya sekitar 25 ekor, akibat tekanan berat dari aktivitas perambahan hutan untuk perkebunan sawit.

“Saat ini di Bentang Sebelat teridentifikasi 25 ekor gajah. Sepuluh gajah jinak berada di Taman Wisata Alam (TWA) Sebelat, lima ekor di Hutan Produksi (HP) Air Teramang, HPT Air Ipuh II, dan HPT Air Ipuh I atau di konsesi PT Bentara Arga Timber (BAT),” ujar Rohmat saat meninjau kawasan koridor gajah Bentang Alam Sebelat, tepatnya di Hutan Produksi Terbatas (HPT) Lebong Kandis, Desa Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, Rabu (5/11).

Lebih lanjut, Rohmat menyebutkan, enam ekor gajah liar teridentifikasi di wilayah HPT Lebong Kandis dan HP Air Rami, yang berada dalam konsesi PT Anugerah Pratama Inspirasi (API). Selain itu, terdapat empat ekor gajah jantan liar yang masih bertahan di sekitar wilayah tersebut.

Menurut Rohmat, kondisi ini menunjukkan bahwa habitat gajah di Bentang Sebelat semakin terdesak akibat perambahan dan konversi lahan menjadi perkebunan. “Jika perambahan tidak dikendalikan, populasi gajah di Sebelat terancam punah dalam waktu tidak lama,” tegasnya.

Pemerintah, lanjut Rohmat, berupaya memperkuat program koridor satwa liar di Bentang Sebelat sebagai bagian dari langkah konservasi. Upaya tersebut melibatkan koordinasi lintas instansi dan perusahaan pemegang izin konsesi di sekitar habitat gajah. “Kami mendorong semua pihak untuk mendukung penegakan hukum lingkungan, serta memastikan keberlanjutan habitat gajah yang tersisa,” ujarnya.

Bentang Alam Sebelat dikenal sebagai salah satu habitat penting gajah Sumatera di Pulau Sumatera bagian selatan. Namun, meningkatnya aktivitas perambahan dan alih fungsi kawasan hutan membuat ruang jelajah gajah semakin menyempit, memicu konflik antara manusia dan satwa.

Pemerhati lingkungan menilai, perlindungan Bentang Sebelat menjadi ujian penting bagi komitmen konservasi satwa dilindungi di Indonesia, khususnya dalam menjaga populasi gajah Sumatera yang kini berstatus kritis (critically endangered) menurut daftar merah IUCN.

(Rijal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *