Sejarah Nama Indonesia: Dari ‘Indunesia’ hingga Jadi Identitas Bangsa

Dalam suasana memperingati Hari Pahlawan, muncul pertanyaan menarik: siapa sebenarnya yang pertama kali mencetuskan nama Indonesia untuk menyebut negeri kita tercinta ini?

KASUKABUMI – Dalam suasana memperingati Hari Pahlawan, muncul pertanyaan menarik: siapa sebenarnya yang pertama kali mencetuskan nama Indonesia untuk menyebut negeri kita tercinta ini?
Ternyata, nama Indonesia telah dikenal jauh sebelum kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Dikutip dari berbagai sumber, istilah Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh James Richardson Logan, seorang ilmuwan asal Inggris. Dalam artikelnya berjudul The Ethnology of the Indian Archipelago pada tahun 1850, Logan menilai perlunya nama geografis khusus untuk menyebut gugusan kepulauan di kawasan Asia Tenggara.

Awal Mula dari ‘Indunesia’

Menariknya, ide awal muncul dari rekannya, George Samuel Windsor Earl, seorang pelancong dan pengamat sosial asal Inggris. Earl sebenarnya lebih dulu menggunakan istilah Indunesia—dengan huruf “u”—untuk menyebut penduduk kepulauan Hindia.
Namun, ia kemudian menolak istilah itu karena dianggap terlalu umum dan menggantinya dengan Malayunesians.

Logan lalu mengambil gagasan tersebut, mengganti huruf “u” menjadi “o”, dan memperkenalkan istilah Indonesia. Ia menilai kata ini lebih cocok sebagai istilah geografis yang mewakili seluruh kepulauan Hindia, bukan sekadar istilah etnografis.

> “Saya lebih menyukai istilah geografis Indonesia, yang sekadar pemendekan dari Indian Archipelago,” tulis Logan dalam artikelnya.

 

Dari Istilah Geografis ke Makna Kebangsaan

Meski awalnya hanya dipakai untuk menyebut wilayah kepulauan, istilah Indonesia mulai bergeser maknanya di awal abad ke-20.
Menurut sejarawan Robert Edward Elson dalam buku The Idea of Indonesia, dua tokoh Indonesia-lah yang pertama kali menggunakan istilah ini dalam konteks politik dan kebangsaan: Soerjo Poetro dan Dahlan Abdullah.

Pada tahun 1917, Soerjo Poetro—seorang mahasiswa musikologi di Universitas Leiden—mengucapkan kata “Indonesia” dalam sambutannya saat menerima kunjungan delegasi Indie Weerbaar di Den Haag. Meskipun tidak ada catatan tertulis dari pidatonya, pernyataan tersebut terekam dalam majalah Hindia Poetra.

Beberapa bulan kemudian, Dahlan Abdullah, yang saat itu menjabat Ketua Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia), memperkuat penggunaan istilah “Indonesia” dalam pidato resminya.
Dahlan dengan tegas menyebut, “Kami, orang Indonesia, adalah mayoritas penduduk Hindia, dan karena itu kami punya hak terlibat dalam pemerintahan negeri ini.”

Pidato Dahlan menjadi penting karena terdokumentasi dengan baik dan menjadi salah satu tonggak awal kesadaran politik bangsa Indonesia.

Dari Gagasan ke Identitas Nasional

Seiring waktu, istilah Indonesia terus digunakan oleh para tokoh pergerakan nasional seperti Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Soewardi Soerjaningrat.
Kata ini kemudian menjadi simbol perjuangan dan identitas kolektif rakyat yang menentang kolonialisme Belanda.

Hingga akhirnya, pada 17 Agustus 1945, nama Indonesia resmi digunakan sebagai nama negara yang merdeka dan berdaulat — menggantikan sebutan “Hindia Belanda” yang diberikan oleh penjajah.

Jadi, meski nama Indonesia pertama kali lahir dari pemikiran dua ilmuwan asing, makna dan semangatnya justru dibangun oleh anak bangsa sendiri.
Nama itu kini bukan sekadar istilah geografis, melainkan simbol persatuan, kebanggaan, dan perjuangan sebuah bangsa besar.

 

(Nauval)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *