Bandung — Stasiun Geofisika Bandung mencatat sebanyak 1.285.310 kali sambaran petir terjadi di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya selama bulan Oktober 2025. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi atmosfer di wilayah tersebut memasuki fase sangat aktif, terutama menjelang musim hujan.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, puncak aktivitas petir tercatat pada minggu pertama Oktober dengan sekitar 446.189 kejadian. Dari jumlah tersebut, jenis petir cloud-to-ground (CG) negatif sebanyak 258.827 kejadian, sedangkan CG positif mencapai 187.353 kejadian.
Teguh menjelaskan bahwa tingginya jumlah sambaran petir dipengaruhi oleh kondisi atmosfer yang labil — perbedaan suhu antara permukaan dan udara di atasnya, serta kelembapan yang meningkat selama peralihan musim.
Wilayah dengan frekuensi petir tertinggi meliputi Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut.
Mengingat tingginya potensi sambaran petir, BMKG mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terutama saat hujan lebat atau badai petir muncul. Beberapa langkah yang disarankan antara lain:
Hindari berada di area terbuka atau di dekat pohon tinggi saat petir mulai terlihat.
Jangan menggunakan perangkat logam atau ponsel secara langsung di luar ruangan saat petir aktif.
Segera berteduh di bangunan atau kendaraan bermotor yang tertutup saat terdengar guntur atau kilatan petir.
Teguh menegaskan: “Kami mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.”
Tercatatnya lebih dari 1,2 juta sambaran petir dalam satu bulan menandakan bahwa kondisi cuaca ekstrem semakin menguat di Jawa Barat. Sebagai contoh, peningkatan frekuensi petir seringkali bersamaan dengan hujan deras dan angin kencang, yang memperbesar risiko banjir, kebakaran akibat petir, dan cedera akibat sambaran langsung.
BMKG juga mencatat bahwa sambaran petir jenis CG merupakan yang paling membahayakan, karena langsung mengenai permukaan tanah atau bangunan dan bisa menimbulkan kerusakan fisik atau korban jiwa.
Dengan data tersebut, BMKG mengingatkan bahwa masyarakat perlu memperkuat kesadaran terhadap potensi cuaca ekstrem di wilayah Jawa Barat. Langkah sederhana seperti memantau prakiraan cuaca, menghindari aktivitas luar ruangan saat kondisi tidak stabil, dan memastikan saluran listrik serta instalasi aman, bisa menyelamatkan nyawa.
Semoga data ini menjadi pengingat bahwa alam selalu memiliki variabel yang tak terduga — dan kesiapsiagaan adalah kunci menghadapi perubahan cuaca yang semakin dinamis.
(Raihan)












