Berita  

Cahaya Misterius yang Melintas Bima Sakti 17 Tahun Lalu: Ilmuwan Akhirnya Ungkap Apa Itu

 

Sukabumi, 22 Oktober 2025

Sebuah kilatan cahaya misterius yang terekam 17 tahun lalu ketika melintas di wilayah tepi galaksi Bima Sakti akhirnya berhasil diidentifikasi oleh para astronom. Fenomena yang sempat membingungkan komunitas ilmiah internasional itu kini diyakini sebagai sisa ledakan bintang purba yang baru mencapai fase “pengembaraan energi” — sebuah keadaan langka di mana gelombang cahaya dari supernova tetap hidup dan merambat jauh setelah inti bintangnya musnah.

Penemuan tersebut disampaikan dalam publikasi terbaru tim gabungan European Southern Observatory (ESO) dan NASA yang menganalisis ulang data teleskop tahun 2008–2009 menggunakan teknologi pemetaan spektral yang lebih modern. Cahaya misterius itu, yang saat itu dikira sebagai pancaran gamma pendek atau bahkan objek transien tak dikenal, ternyata memiliki pola yang konsisten dengan light echo — gema cahaya dari supernova yang usianya diperkirakan lebih dari 300 tahun.

“Data lama baru benar-benar berbicara ketika teknologi pembacanya berevolusi,” ujar Dr. Helen Ramirez, astrofisikawan dari ESO. “Yang kita lihat 17 tahun lalu bukanlah bintang baru, melainkan suara terakhir dari bintang yang sudah mati berabad-abad sebelumnya.”

Bagaimana Fenomena Ini Terdeteksi?

Pada tahun 2008, teleskop luar angkasa Spitzer dan Chandra sempat mencatat sebuah cahaya bergerak tak lazim di tepian gugus debu Bima Sakti bagian selatan. Kala itu, ilmuwan tidak memiliki basis data cukup kuat untuk melakukan klasifikasi. Objek misterius tersebut hanya dicatat sebagai “transien kosmik tak teridentifikasi”.

Re-analisis baru berhasil menunjukkan bahwa:
Cahaya itu bukan objek baru, melainkan pantulan cahaya supernova yang mengenai awan debu kosmik,Pantulan inilah yang membuatnya tampak “datang terlambat” ke pengamatan bumi,Fenomena seperti ini sangat jarang terlihat karena membutuhkan sudut pantulan yang tepat.
Profesor Michael Sandborn dari NASA menjelaskan, “Ia seperti gema suara yang memantul di pegunungan, hanya saja bukan udara yang memantulkan gelombang, melainkan debu kosmik raksasa berukuran tahun cahaya.”

Kenapa Ilmuwan Butuh 17 Tahun untuk Memastikannya?

1. Teknologi teleskop saat itu masih terbatas
2. Data spektral belum cukup lengkap
3. Perlu pembanding dengan citra radio baru
4. Light echo sering disalahartikan sebagai objek baru

Baru setelah instrumen-instrumen generasi terbaru — seperti James Webb Space Telescope (JWST) — digunakan untuk menelaah ulang data koordinat yang sama, sistem dapat melacak “sumber pertama” cahayanya.

Fenomena Ini Penting untuk Sains

Penemuan ini dianggap sebagai “jendela waktu kosmik”. Dengan mempelajari gema cahaya, ilmuwan bisa mengintip kembali kondisi supernova yang terjadi berabad-abad lalu tanpa harus menunggu kejadian baru.
“Secara teknis, kita sedang melihat masa lalu Bima Sakti dalam bentuk utuh,” kata Dr. Ramirez.

Apakah Berbahaya?

Para astronom memastikan fenomena ini tidak berbahaya bagi bumi. Pantulan cahaya tidak membawa radiasi tingkat tinggi seperti sumber ledakan aslinya, karena energi sudah melemah drastis selama ratusan tahun perjalanan.

(M.Raihan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *