Kawah Ratu Gunung Salak: Dari Jejak Vulkanik Menjadi Destinasi Wisata Modern

Kawah Ratu dulunya tempat belajar tentang keseimbangan alam dan ketenangan hutan. Sekarang banyak area yang dipugar demi kepentingan wisata

KASUKABUMI – Kawah Ratu di kawasan Gunung Salak telah lama dikenal sebagai salah satu keajaiban alam di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Terbentuk dari aktivitas vulkanik Gunung Salak yang masih aktif secara geotermal, kawasan ini menyimpan sejarah panjang tentang dinamika alam dan perubahan lingkungan yang menyertainya.

Pada masa lalu, Kawah Ratu menjadi lokasi penelitian geologi dan vulkanologi karena aktivitas uap panas serta kandungan belerangnya yang tinggi. Kawasan ini dahulu sangat alami — ditandai dengan aliran air panas yang mengalir di antara bebatuan vulkanik, semburan uap yang mengepul dari tanah, dan suasana hutan tropis yang lebat serta belum banyak dijamah manusia.

Namun, kawasan ini tidak seperti dulu lagi. Dalam dua dekade terakhir, meningkatnya minat wisata alam dan petualangan membuat pemerintah daerah serta pihak pengelola melakukan berbagai upaya pemugaran dan pembangunan fasilitas wisata. Jalur pendakian seperti Cidahu di Sukabumi dan Pasir Reungit di Bogor kini dilengkapi dengan papan petunjuk, tempat istirahat, dan area parkir yang lebih tertata.

Meski langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, dampak terhadap pelestarian lingkungan mulai terasa. Sebagian area hutan yang dulu rimbun kini mengalami perubahan fungsi, sementara meningkatnya jumlah wisatawan memunculkan masalah baru seperti sampah, erosi jalur pendakian, dan gangguan terhadap ekosistem lokal.

Beberapa aktivis lingkungan menyayangkan perubahan ini. “Kawah Ratu dulunya tempat belajar tentang keseimbangan alam dan ketenangan hutan. Sekarang banyak area yang dipugar demi kepentingan wisata, tapi mengorbankan sisi alami yang menjadi identitasnya,” ujar salah satu pegiat lingkungan dari komunitas lokal.

Meski begitu, tidak sedikit juga pihak yang menilai bahwa pengelolaan wisata yang baik justru dapat menjadi sarana edukasi lingkungan. Dengan penerapan aturan ketat, pengunjung tetap dapat menikmati keindahan alam tanpa merusak ekosistem.

Kini, Kawah Ratu tidak hanya dikenal karena pesona vulkaniknya, tetapi juga sebagai simbol perubahan hubungan manusia dengan alam — dari penjelajahan dan penelitian menuju pariwisata yang menuntut keseimbangan antara eksploitasi ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Dengan keindahan eksotisnya yang masih memikat, Kawah Ratu Gunung Salak tetap menjadi saksi bisu sejarah alam Jawa Barat, sekaligus pengingat bahwa menjaga keaslian alam adalah tantangan besar di tengah arus modernisasi wisata.

(Egol)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *